Beauty is not in the face ; beauty is a light in the heart. *Kahlil Gibran*

Selasa, 07 November 2017




Random feeling what really I feels recently, almost every day. Never imagine it will be like this in the end.  I was too far that always keep spacing with others. Is that how I am? YES, of course I am. I’m so sad, my life is very messy. How do I rearrange it? I have no way.

There is no time to dream more.. I ever dream about huge life someday with the best partner with the good characters also. I have been trying, never stopping or maybe still not enough, so I didn’t get any results. Have I dreams too much, God? Help me.

Now, I only hope for the miracle that You will give, God. I will never stop trying and praying for You and only for You.


November 07, 2017
Tuesday - 11:40 pm

NTK-----------NTK

Sabtu, 04 November 2017



Curhat dikit, tiba-tiba aja pengen nulis random tentang hal yang kupikirkan lama sekitar berbulan-bulan yang lalu setelah bertemu dengan seseorang yang menurutku "she has a lot of fake faces" haha 😅. The point is about thing that really hateful; seseorang yang kurang bersyukur dan selalu mengeluh apalagi selalu iri dengan kondisi dan keberhasilan oranglain. Biasa saja dengar kata mengeluh, semua orang pernah melakukannya 'kan, tetapi salah besar jika itu sangatlah berlebihan. Membandingkan diri dengan oranglain, tidak suka dengan keberhasilan oranglain. Ambil permisalan yang simple saja ya, (sorry kalo membingungkan ngga pandai buat permisalan, nih 🙏🙏) sebut saja dia itu adalah Ana dan Sika (misal) : Ana sangat iri dengan apapun yang dimiliki Sika, Sika cantik, punya pekerjaan bagus, punya suami baik dan kaya, dan Sika disukai banyak orang. Semua hal yang dimiliki Sika menurut Ana adalah baik yang salah dan slalu diirikan, Ana slalu merasa orang yang teerrrr-lemah atau bisa dianggap sebagai titik dalam sgala hal apapun itu -  dia adalah “KORBAN”, tidak bisa dipersalahkan, anggap saja slalu benar. Tragisss merasa slalu benar tapi salah. Tidak ada hentinya dia slalu membandingkan hidupnya dengan oranglain, akhirnya dia sperti menuntut Tuhan mengapa dia berbeda.. konyol sekali menurutku.😏

Yang terakhir adalah dia mungkin memimpikan apapun yang dimiliki Sika padahal tidak tau bagaimana dan seberapa besar pengorbanan yang dikeluarkan Sika untuk mendapat itu semua > usaha, ibadah, bersyukur, dan slalu baik dengan semua orang. Tidak ada yang mudah untuk mencapai sesuatu. Disini Ana hanya mengambil mentahan apa yang sudah dilihatnya, ibarat makan ikan yang masih segar tanpa perlu dimasak dulu. Saking irinya dia menjadi sok/pura-pura baik dengan Sika dan meniru Sika haha parah sekaliii.. menjadi seseorang yang munafik, slalu merepotkan oranglain tetapi tangan slalu terbuka untuk Sika meskipun Sika tidak membutuhkan pertolongannya (misal2).
Sekarang begini, apakah dia pernah melihat atau memandang titik dibawahnya? Yang bisa di bilang mungkin (maaf) kurang beruntung dalam hidup. Tak perlu ada sesal mengapa hidup tidak pernah bisa memilih selalu berakhir baik, kita hanya bisa membuat rencana baik dan melakukannya agar hidup ini lebih baik lagi. Salah jika kita hidup slalu memandang titik teratas untuk pedoman hidup, bisa dipastikan hidup tidak pernah cukup dan jauh dari kata bahagia. Titik teratas untuk motivasi – bukan untuk mambandingkan diri dan iri, titik terbawah untuk bersyukur – seberapapun kondisi sekarang patut disyukuri karena banyak yang tidak seberuntung kita. Cukup dulu untuk curhatan ini tidak perlu terlalu spesifik agar tidak mengundang kesalahpahaman. Sekian 🙅